Sebelum membaca, putarlah dulu sekelumit Musikalisasi Puisi Sapardi dibawah ini, biar paham yang dimaksud musikalisasi [#kekeke]:
Sebetulnya tuh, tulisan ini gara-gara kemarin pas hari Kamis, saya berkunjung ke rumahnya Ruri Alifia R [a.k.a Ruri Kaka] yang ternyata di blognya tuh ada background music tentang musikalisasi “buatan dia” yang berjudul Gamang. Wah, keren. Anak muda kayak dia sudah buat gituan. Jadi teringat dulu, waktu saya TK, saya sudah berhasil menyabet juara 3 tingkat Kabupaten buat baca puisi. Tapi gara-gara gak diasah di SD, SMP, pas SMA ikutan lomba gituan tingkat kabupaten, meski sudah bercucur air mata, apalagi gaya sudah dipas-pasin sama Elvis Presley [#gak nyambung], tetep aja, gak lolos. Padahal pasangan saya perwakilan dari SMA melenggang juara satu. Hahahaha. . Jadi langsung pengen operasi plastik, buat ganti muka, biar guru Bahasa Indonesia yang nunjuk buat saya maju ngewakilin SMA di lomba puisi jadi gak kenal, dan gak bilang ke ibu-ibu kalo pas liat saya terus ngomong, “Itu loh jeng, yang kemarin lomba, tapi gak menang”. #ngelusdadasambilkoprol
Okelah, disini saya gak akan mengungkit masa kelam saya di masa lalu. Intinya mah, dari dulu semenjak saya aktif di mading SMA, saya jadi suka yang namanya seni sastra, termasuk puisi. Kicauan saya pun bertebaran di mading kampus, meskipun isinya cuma ngawur semua [*haha]. Baru, setelah kuliah di Teknik Komputer, saya mengenal yang namanya Musikalisasi Puisi. #Lho. Dulu, keinginan masuk teater juga terbesit di relung hati yang paling dalam, tapi naasnya, di kampus gak ada teather. (>v<) Kecintaaan pada seni sastra juga sedikit memuai gara-gara gak ada orang se-tipe di kampus. Hehe. .
Searching-searching akhirnya nemu juga musikalisasi puisi Sapardi Djoko Damono, saya tertegun oleh satu puisinya yang paling singkat, yang buat saya takjub adalah Tuan. Simak!
Tuan Tuhan, bukan? Tunggu sebentar,
Perahu Kertas,
Sedikit, tapi cetar membahana kan? Atau malah gak paham semuanya? [#hehe] . Kalo gak salah, blogger asal Cilacap ini >> Zasseka juga beberapa postingannya memuat puisi-puisi Sapardi Djoko Damono yang lain. Sok, mangga kalo mau liat karya Sapardi disana.
Buat saya sendiri, gak tahu kenapa, sampai sekarangpun masih suka buat menikmati dunia sastra. Buat saya terkadang sastra doeloe, kayak angkatan 66 [misal WS. Rendra, Taufik Ismail] itu punya makna tersendiri tentang peristiwa masa lampau. Kalimatnya sungguh mempunyai arti yang luas, dan kebanyakan bertajuk perjuangan. Mantaaaaaaap! Mungkin kalo gelombang mahasiswa angkatan akhir harusnya baca yang ginian nih biar semangat, jangan dengerin lagu galau mulu, yang malah bikin tambah galau. [*ahahaha]
Okelah, saya share sedikit temuan saya tentang beberapa musikalisasi puisi Sapardi Djoko Damono.
Sebetulnya tuh, tulisan ini gara-gara kemarin pas hari Kamis, saya berkunjung ke rumahnya Ruri Alifia R [a.k.a Ruri Kaka] yang ternyata di blognya tuh ada background music tentang musikalisasi “buatan dia” yang berjudul Gamang. Wah, keren. Anak muda kayak dia sudah buat gituan. Jadi teringat dulu, waktu saya TK, saya sudah berhasil menyabet juara 3 tingkat Kabupaten buat baca puisi. Tapi gara-gara gak diasah di SD, SMP, pas SMA ikutan lomba gituan tingkat kabupaten, meski sudah bercucur air mata, apalagi gaya sudah dipas-pasin sama Elvis Presley [#gak nyambung], tetep aja, gak lolos. Padahal pasangan saya perwakilan dari SMA melenggang juara satu. Hahahaha. . Jadi langsung pengen operasi plastik, buat ganti muka, biar guru Bahasa Indonesia yang nunjuk buat saya maju ngewakilin SMA di lomba puisi jadi gak kenal, dan gak bilang ke ibu-ibu kalo pas liat saya terus ngomong, “Itu loh jeng, yang kemarin lomba, tapi gak menang”. #ngelusdadasambilkoprol
Okelah, disini saya gak akan mengungkit masa kelam saya di masa lalu. Intinya mah, dari dulu semenjak saya aktif di mading SMA, saya jadi suka yang namanya seni sastra, termasuk puisi. Kicauan saya pun bertebaran di mading kampus, meskipun isinya cuma ngawur semua [*haha]. Baru, setelah kuliah di Teknik Komputer, saya mengenal yang namanya Musikalisasi Puisi. #Lho. Dulu, keinginan masuk teater juga terbesit di relung hati yang paling dalam, tapi naasnya, di kampus gak ada teather. (>v<) Kecintaaan pada seni sastra juga sedikit memuai gara-gara gak ada orang se-tipe di kampus. Hehe. .
Searching-searching akhirnya nemu juga musikalisasi puisi Sapardi Djoko Damono, saya tertegun oleh satu puisinya yang paling singkat, yang buat saya takjub adalah Tuan. Simak!
Tuan Tuhan, bukan? Tunggu sebentar,
saya sedang ke luar.
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak, 1982.
Sedikit, tapi cetar membahana kan? Atau malah gak paham semuanya? [#hehe] . Kalo gak salah, blogger asal Cilacap ini >> Zasseka juga beberapa postingannya memuat puisi-puisi Sapardi Djoko Damono yang lain. Sok, mangga kalo mau liat karya Sapardi disana. Buat saya sendiri, gak tahu kenapa, sampai sekarangpun masih suka buat menikmati dunia sastra. Buat saya terkadang sastra doeloe, kayak angkatan 66 [misal WS. Rendra, Taufik Ismail] itu punya makna tersendiri tentang peristiwa masa lampau. Kalimatnya sungguh mempunyai arti yang luas, dan kebanyakan bertajuk perjuangan. Mantaaaaaaap! Mungkin kalo gelombang mahasiswa angkatan akhir harusnya baca yang ginian nih biar semangat, jangan dengerin lagu galau mulu, yang malah bikin tambah galau. [*ahahaha]
Okelah, saya share sedikit temuan saya tentang beberapa musikalisasi puisi Sapardi Djoko Damono.
- Gadis Kecil
- Dalam Bis
- Hatiku Selembar Daun
- Ketika Jari-jari Bunga Teluka
- Buat Ning
- Hutan Kelabu
- Sajak Kecil tentang Cinta
- Dalam Diriku
- Nokturno
- Hujan Bulan Juni
- Aku Ingin
- Hutan
- Metamorfosis
- Di Restoran
- Ketika Kau Tak Ada
- Akulah Si Telaga
- Pada Suatu Pagi
- Dalam Sakit
- Kuhentikan Hujan
- Ketika Jari-jarinya Terluka
- Hujan dalam Komposisi
- Hujan, Jalak dan Daun Jambu
- Sehabis Hujan
Posted by 00:18 and have
0
comments
, Published at
No comments:
Post a Comment